Ini hanyalah sebuah tulisan tentang pengalaman pendakianku di gunung Sindoro yang hanya baru sekali kualami dalam hidupku, dan mungkin gak akan terjadi yang kedua kali.
Waktu itu aqu masih seneng banget yang namanya hiking, jalan2 di bukit2, ato pendakian di gunung (ato sering menyebutnya ‘pecinta alam’ hahaha). Dan aqu ma temen2 ngadain pendakian di gunung Sindoro (udah yang kedua bagi aqu). Bersama 6 teman aqu, kami start sabtu sore jam 15.00an lah dari Magelang, dan nyampe di Basecamp (kledung, Temanggung) sekitar jam 15.30an, lalu istirahat di basecamp n ngcek peralatan pendakian.
Gunung Sindoro memiliki ketinggian 3.153 mdpl (meter dari permukaan laut) gunung ini sering menjadi tujuan utama para Pecinta Alam, terutama untuk melakukan ekspedisi Triple S (Slamet, Sumbing, Sindoro). Medan yang terjal, panasnya sengatan matahari serta tidak adanya sumber air menjadi tantangan utama dalam pendakian. Seringkali pendaki tidak bisa melanjutkan pendakian karena kehabisan air minum.
Selepas maghrib, kita start pendakian n tentunya banyak temen2 yang melakukan pendakian juga, jadi ramae gitu deh. Dari bawah sampe Pos I (1.900 mdpl) masih kompak, kita bareng nyampeknya, ber 7. Break bentar lalu melanjutkan pendakian lage. Sesampai pos II (2.120 mdpl) juga masih bareng2 nyampeknya, dari pos II ke posIII udah pada loyo dan terpecah menjadi 2 rombongan, aqu bertiga dan yang belakang berempat. Nyampek di pos III (2.530 mdpl) break sambil nunggu yang belakang, kira2 waktu mnunjukkan jam 02.00 wib waktu itu. Setelah pada nyampek, kita rame2 break sambil bikin mie instan biyar tenaga jreng lagi… setelah kenyang n terasa cukup breaknya, kami bertuju lanjut lagee walopun sbenere dah capek sangadt, tapi demi menuju puncak, kami belain smpe titik penghabisan tenaga kami…
Dari Pos III pendakian dilanjutkan dengan melintasi jalan berbatu yang terjal disertai dengan kerikil dan debu. Inilah medan uang saya rasa paling berat, dari Pos III- Puncak. Meskipun medan sangat berat kawasan ini agak rindang karena banyak ditumbuhi oleh pohon lamtoro dan tanaman perdu, namun sangat gelap di malam hari. Jalur kembali terbuka melintasi medan yang banyak terdapat batu-batu besar. Dan rombongan kamipun terasa amat sangat kelelahan, sehingga kita banyak melakukan break. Sampai ada dua orang rekan yang tak sanggup lagi melakukan pendakian karena kelelahan, mereka memilih istirahat dan mnyuruh kami berlima untuk melanjutkan perjalanan. Kemudian tinggal kami berlima, terus menapaki terjalnya medan puncak bayangan. Setelah menemukan tempat yang agak longgar, kamipun break kembali dengan waktu yang agak lama berharap tenaga kami pulih kembali. Setelah dirasa cukup, kamipun kembali melanjutkan pendakian dengan langkah yang gontai.
Lagi-lagi, rombongan kami harus terpecah kembali setelah tiga rekan memutuskan untuk berhenti mendaki dan akan menyusul jika kondisi mereka sudah pulih. Kemudian ane putuskan untuk melanjutkan hanya berdua, entah berapa tapak kaki yang telah kami pijakkan, entah berapa pendaki yang telah kami lalui, sampailah aqu di padang edelweis, yang menandakan sudah mendekati Puncak. Begitu semangatlah kami untuk segera menyelesaikan misi pendaikian ini.
Dengan penuh semangat kami lalui jalan yang berkerikil yang tak kami hiraukan lagi, dan akhinya……sampilah pada Puncak gunung Sindoro yang di tumbuhi ribuan bunga abadi dengan kawah yang luar biasa indahnya, sungguh ciptaan tuhan maha agung yang sangat mempesona. Kira2 jam 04.30 kami sampai puncak dalam keadaan masih gelap (inilah yang di harapkan, jadi bisa melihat indahnya Sunrise). Dan yang paling berkesan di pendakian ini adalah ternyata aqu dan temenku (berdua) PERTAMAX MENCAPAI PUNCAK SINDORO gan…!!! Belum ada seorangpun yang ada di puncak waktu itu, selain merasa bangga, aqu juga merasa sedikit takut karena posisi masih gelap, angin kenceng, takutnya ada hewan buas, hantu ato apalah… (pikirannya doang :D maklum baru pertamax ngalamin gan :D). yang kami lakukan hanyalah duduk dan berselimut sarung berharap ada pendaki yang segera sampai di Puncak juga.
Akhirnya ada juga seorang pendaki yang sampai ke Puncak (lega rasanya ada temennya :D). Setelah itu hal yang dinanti-nanti tiba, ya, apalagi kalu bukan melihat indahnya Sunrise di Puncak Gunung Sindoro di temani dengan secangkir kopi panas yang masih mengepul, maka terobatilah semua perjuangan dan pengorbanan yang begitu berat saat pendakian. Sungguh pemandangan yang sangat begitu indah di mata ini. Setelah matahari menghangatkan tubuh ini, rombongan kami yang tertinggal sampai di puncak (tiga rekan, yang dua gak nyusul) lalu kamipun membuka bekal yang tersisa untuk persediaan tenaga untuk turun gunung.
Demikianlah pengalaman pendakianku di gunung Sindoro yang very-very unforgettable :).